Pelarian Patah Hati

Bagi sebagian orang, patah hati adalah omong kosong. Ada yang putus cinta, tak lama menyemai benih cinta lain. Memupuk, menumbuhkan, kemudian memanen. Hingga akhirnya patah lagi, lalu kembali menyemai. Entah bagaimana bisa mereka melakukan itu. Karena yang aku tahu—berdasar pengalaman—patah hati adalah sebuah momen yang sangat sulit dilalui.

Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku orang yang paling mengalami patah hati terbesar. Siapalah aku ini. Banyak orang yang mengalami patah hati, bahkan mungkin lebih parah. Ada yang menyerah dengan hidupnya, ada yang bangkit dan melawan kemudian melakukan sesuatu. Sementara aku berada di antaranya.

Jatuh bangun, merangkak, menyeret kedua belah kaki, berjalan, berlari, tergopoh-gopoh, semua telah dilakukan untuk bisa berdiri kembali. Menumbuhkan hati yang pernah patah. Tapi entah kenapa semua terasa tidak berubah. Berbulan-bulan yang panjang, patah hati ini seperti penyakit yang belum bisa ditemukan penawarnya. Ada sebuah goresan luka yang seperti menolak untuk mengering. Ada sebuah hentakan keras yang menjejak tak ingin hilang. Berbekas, menjadikannya abadi.

Ada satu momen dalam hidupku yang membuatku lantas berpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Setidaknya untuk beberapa waktu, itu memang benar adanya. Tapi entah kenapa seiring detakan detik pada jam dinding malah membuat semua itu terkesan semu. Seperti janji-janji yang perlahan memudar, kemudian raib.

Berbagai macam pelarian telah dijalani. Pergi keliling kota, menghabiskan malam di sepanjang aspal. Menulis sajak-sajak patah hati. Pergi ke tempat yang membuat kepingan jiwaku menyublim dengan suara alam. Menari di atas tirai komedi, menertawakan tragedi. Atau bahkan menangis dalam gelapnya sepi. Aku pernah hancur dirajam bebatuan karang, dan kini reruntuhan tubuhku nyaris habis dibakar hingga jadi debu. Nyatanya, tak ada seorang pun peduli.

Telah cukup aku hilang, dan aku ingin pergi ke tempat-tempat dimana aku bisa menemukan diriku.
Entah kemana, aku hanya ingin mencari alasan untuk pulang.

Karena tidak semua yang patah akan tumbuh, sayang.

Tinggalkan komentar